Beranda Ekonomi Deflasi Jawa Tengah Agustus 2025 Tercatat 0,10 Persen

Deflasi Jawa Tengah Agustus 2025 Tercatat 0,10 Persen

Provinsi Jawa Tengah alami deflasi 0,10% pada Agustus 2025. Temukan lebih lanjut tentang deflasi Jawa Tengah di sini.

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jateng Nita Rachmenia. (Foto : Dok JN)
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jateng Nita Rachmenia. (Foto : Dok Jatengnews.id)

SEMARANG, Jatengnews.id = Provinsi Jawa Tengah mengalami deflasi sebesar 0,10% (mtm) pada Agustus 2025, setelah mengalami inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 0,18% (mtm).

Plh Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah Nita Rachmenia menjelaskan deflasi Jawa Tengah lebih rendah dibandingkan deflasi nasional sebesar 0,08% (mtm). Secara tahunan, Provinsi Jawa Tengah mengalami inflasi sebesar 2,48% (yoy), sementara inflasi nasional sebesar 2,31% (yoy).

Baca juga : Bank Indonesia Optimistis Ekonomi Jawa Tengah Tetap Kuat

“Secara spasial, seluruh kota pantauan inflasi di Jawa Tengah mengalami deflasi secara bulanan. Deflasi terendah berlangsung di Kab. Rembang yang mencatatkan deflasi sebesar 0,20% (mtm),” katanya melalui siaran pers, Kamis (04/09/2025).

Deflasi pada periode laporan terutama dipengaruhi oleh penurunan harga pada Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau (andil: -0,19%; mtm). Penurunan harga terutama terjadi pada komoditas cabai rawit seiring dengan memasuki masa panen di Kab. Temanggung, Kab. Brebes, dan Kab. Magelang. Kemudian, Tomat dan Bawang Putih juga mengalami deflasi seiring dengan pasokan yang mencukupi di pasar.

Komoditas lain yang memberikan andil deflasi, yaitu Telur Ayam Ras seiring dengan peningkatan produksi dari peternak. Sementara itu, komoditas Daging Ayam Ras mengalami inflasi (andil: 0,02%; mtm) seiring dengan kenaikan harga pada distributor, dan komoditas beras (andil inflasi: 0,01%; mtm) seiring dengan puncak panen raya yang telah berlalu serta kendala distribusi.

Deflasi lebih lanjut diredam oleh Kelompok Pendidikan yang mengalami inflasi dengan andil sebesar 0,06% (mtm), seiring dengan memasuki tahun ajaran baru 2025/2026 pada Agustus 2025 untuk jenjang perguruan tinggi. Komoditas utama penyumbang inflasi pada kelompok tersebut adalah biaya Akademi/Perguruan Tinggi, serta biaya Sekolah Dasar seiring dengan kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan/atau biaya pendaftaran ulang disejumlah perguruan tinggi.

“Selain itu, peningkatan tekanan inflasi juga terjadi pada Kelompok Transportasi (andil: 0,01%; mtm) seiring dengan normalisasi Tarif Kereta Api pasca diskon pada Juli 2025 lalu,” ujarnya.  

Kenaikan lebih tinggi pada kelompok Transportasi teredam oleh penurunan harga bensin oleh PT Pertamina seiring dengan harga crude oil di pasar internasional yang masih terjaga. PT Pertamina menurunkan beberapa harga produk BBM, antara lain Pertamax (dari Rp12.500/liter menjadi Rp12.200/liter), Pertamax Turbo (dari Rp13.500/liter menjadi Rp 13.200/liter), Pertamax Green 95 (dari Rp13.250/liter menjadi Rp13.000/liter) pada awal Agustus 2025.

Lebih lanjut, penurunan harga juga terjadi pada tarif angkutan udara seiring dengan pemberian diskon tiket pesawat oleh sejumlah maskapai dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) RI ke-80.

Baca juga : Bank Indonesia Jawa Tengah Gelar Serial Bedah Buku

“Ke depan, untuk menjaga inflasi berada pada rentang sasaran 2,5±1%. Bank Indonesia bersama dengan para pemangku kepentingan di daerah yang tergabung dalam Forum TPID Provinsi Jawa Tengah terus berkoordinasi dan bekerja sama melaksanakan berbagai program pengendalian inflasi. Program pengendalian inflasi tersebut ditujukan untuk menjaga kecukupan pasokan dan kelancaran distribusi barang/komoditas di Jawa Tengah,” imbuhnya. (03)

Exit mobile version