Beranda Pariwisata Kuliner Kafe Wedang Sepur, Tawarkan Sensasi Minum Jahe Sambil Lihat Kereta Melintas

Kafe Wedang Sepur, Tawarkan Sensasi Minum Jahe Sambil Lihat Kereta Melintas

Di ujung timur Kota Semarang, tepatnya di dekat Stasiun Alastua, berdiri sebuah kafe sederhana yang justru memanfaatkan suara kereta sebagai daya tarik utama.

Pengunjung ketika menikmati Kafe Wedang Sepur yang terletak di dekat Stasiun Alastua Semarang (Foto:kamal)

SEMARANG, Jatengnews.id  – Siapa sangka, deru lokomotif dan dentuman roda besi di atas rel bisa menjadi hiburan tersendiri bagi anak muda.

Di ujung timur Kota Semarang, tepatnya di dekat Stasiun Alastua, berdiri sebuah kafe sederhana yang justru memanfaatkan suara kereta sebagai daya tarik utama.

Baca juga: Selama Ramadhan, Kafe Karaoke di Rembang Wajib Tutup

Kafe yang diberi nama Wedang Sepur ini berdiri hanya beberapa meter dari rel aktif. Alih-alih dianggap berisik, suara kereta yang melintas justru menambah sensasi unik dan menjadi magnet bagi para pengunjung, terutama di sore menjelang malam.

Saat senja mulai turun, bangku-bangku kayu di kafe ini mulai dipadati anak-anak muda, dari pelajar, mahasiswa, hingga pekerja.

Mereka datang bukan hanya untuk menyeruput minuman hangat, tapi juga untuk menikmati suasana dan momen ketika kereta lewat—lengkap dengan getaran tanah dan cahaya lampu lokomotif yang muncul dari kejauhan.

“Kafe ini berdiri sejak 26 Juli 2025. Menu andalan kami adalah ‘Wedang Sepur’, yaitu kombinasi jahe, serai, dan jeruk nipis,” ujar David Maulana Ikhsan (25), pemilik Kafe Wedang Sepur.

Racikan minuman tersebut memberikan sensasi hangat, harum, dan segar yang memanjakan lidah. David menyebut waktu terbaik untuk datang adalah pada pagi hari pukul 06.00–09.00 WIB, atau sore hari sekitar pukul 16.00–17.30 WIB, saat matahari mulai tenggelam di balik horizon.

Dengan harga mulai dari Rp5.000, pengunjung sudah bisa menikmati minuman seperti es teh, es jeruk, hingga kopi lelet. Tak heran jika tempat ini cepat menarik perhatian banyak kalangan.

Konsep kafe yang mengusung gaya jadul pun tak lepas dari alasan praktis.

“Awalnya karena keterbatasan modal, kami manfaatkan bangunan rumah tua yang sudah ada. Ternyata malah disukai karena nuansa klasiknya,” cerita David.

Salah satu momen paling dinanti para pengunjung adalah saat kereta melintas. Banyak yang sengaja datang hanya untuk merekam atau memotret momen itu. Kamera ponsel selalu siaga, mengarah ke rel saat cahaya lampu kereta mulai terlihat dari kejauhan.

Namun, karena keterbatasan tempat, David mengaku belum bisa mengakomodasi semua pengunjung yang datang.

Baca juga: Lawu Grup Canangkan Destinasi Wisata Halal

“Mohon maaf, karena tempatnya kecil, kadang banyak yang belum bisa menikmati view nongkrong di samping rel. Tapi kami terus berusaha memberi pengalaman terbaik,” jelasnya.

Letaknya yang sangat dekat dengan jalur kereta membuat David juga harus memperhatikan faktor keselamatan. Ia menyatakan sudah berkoordinasi dengan pihak PT KAI Indonesia.

“Keamanan adalah yang utama. Kami pastikan pelanggan tidak melanggar batas aman dan tidak mendekati rel. Kami juga sudah konfirmasi langsung ke pihak KAI, agar semuanya tertib dan saling menjaga,” tutupnya.(02)

Exit mobile version