SEMARANG, Jatengnews.id — Sirine hujan mungkin sudah akrab di telinga warga Semarang, terutama mereka yang tinggal di kawasan Genuksari, Trimulyo, dan Gebanganom. Setiap kali hujan deras turun, kekhawatiran akan genangan selalu muncul.
Namun kali ini, ada harapan baru. Pemerintah Kota Semarang tengah berpacu dengan waktu memperkuat sistem pengendalian banjir lewat peremajaan pompa dan normalisasi kolam retensi di berbagai titik strategis.
Baca juga : Pemkot Semarang Lakukan Penanganan Pasca-Banjir
Di Rumah Pompa Tenggang, deru mesin baru kini mulai terdengar. Dari enam unit pompa berkapasitas masing-masing 2.000 liter per detik, tiga sudah terpasang dan bekerja. “Tiga lagi sedang dalam proses, tapi sebagian bisa beroperasi sementara. Kalau semua selesai, kapasitasnya mencapai 12.000 liter per detik,” ujar Suwarto, Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Semarang, Selasa (11/11/2025).
Suwarto tahu betul pentingnya pompa ini. Bukan sekadar mesin penghisap air, tapi penjaga pertama agar rumah-rumah warga tak kembali terendam. Ia menyebut peremajaan serupa juga tengah berjalan di Rumah Pompa Sringin. Dari lima unit, empat sudah selesai diganti. Satu lainnya segera menyusul. “Kita targetkan seluruhnya rampung pada November 2025,” katanya.
Tak berhenti di situ, DPU juga menyiapkan pengerukan kolam retensi Muktiharjo agar kapasitas tampung air tak berkurang akibat endapan lumpur. Pengerjaan ini dijadwalkan dilakukan secara swakelola tahun 2026. “Kalau retensinya penuh sedimen, air tak punya tempat mengalir. Itu sebabnya normalisasi penting untuk jangka panjang,” jelasnya.
Langkah serupa diterapkan di Rumah Pompa Waru dan Muktiharjo Kidul. Beberapa pompa lama yang sebelumnya rusak kini sudah bisa beroperasi lagi, namun tetap akan diganti dengan unit baru agar lebih andal. “Kedua lokasi itu nantinya memiliki dua pompa baru berkapasitas 2.000 liter per detik. Jadi lebih siap menghadapi musim hujan,” tambah Suwarto.
Dukungan untuk upaya ini datang dari pusat. Wakil Menteri PUPR Diana Kusumastuti turun langsung meninjau rumah pompa di kawasan Tenggang, Sringin, Unissula, dan Terboyo pada Sabtu (8/11). Ia melihat sendiri bagaimana Semarang berbenah untuk keluar dari lingkaran banjir tahunan. “Kami sedang menyiapkan sistem pengendali air yang lebih komprehensif. Targetnya, pekerjaan rampung akhir tahun ini agar penanganan banjir semakin efektif,” ujarnya.
Menurut Diana, integrasi sistem pompa dan retensi bukan sekadar proyek teknis, melainkan fondasi bagi kota yang lebih tangguh. “Kami ingin persoalan banjir di Semarang bisa diselesaikan secara menyeluruh dan berkelanjutan,” tegasnya.
Baca juga : Strategi Jitu Pemkot Semarang Atasi Banjir
Di balik kerja keras dan suara mesin pompa yang terus berputar, tersimpan harapan besar: agar warga Semarang tak lagi hidup dengan cemas setiap kali hujan deras datang. (03)




