
SEMARANG, Jatengnews.id – Warga Semarang wajib tahu, bahwa udara hingga air di Kota Atlas ini memiliki kandungan mikroplastik yang berbahaya untuk tubuh, Selasa (25/11/2025).
Direktur sekaligus pendiri Ecological Observation & Wetland Conservation (Ecoton), Prigi Arisandi menyebutkan, bahwa dirinya baru saja melakukan penelitian di 18 Kota di Indonesia.
“Semarang itu no 4 (sebagai kota terpapar mikro plastik),” ungkapnya saat ditemui dalam acara diskusi bahaya mikroplastik di Semarang, Selasa, (25/11/2025).
Baca juga : PLN Jateng Aksi Bersih Pantai di Mangunharjo Kota Semarang
Ia menyebutkan, bahwa udara di lima lokasi Kota Semarang yang ia teliti telah tercemar mikroplastik.
“Ada sekitar 13 sampai 14 partikel mikroplastik di udaranya,” paparnya kepada Jatengnews.id.
Tak hanya udaranya, di daerah Mataram Kota Semarang, juga ia temukan adanya partikel mikroplastik yang siap mengancam kesehatan masyarakat.
“Air hujannya itu mengandung sekitar 44 partikel mikroplastik, 32 jenis fiber dan 12 jenis filamen,” ungkapnya kondisi air hujan di Kota Semarang.
Dalam penelitiannya ini, ia juga menyebutkan bahwa pencemaran mikroplastik ini juga terjadi di Solo dan Boyolali.
“Bahkan di Jawa Timur itu diteliti bahwa air ketuban juga terpapar mikro plastik,” ungkapnya.
Kandungan mikroplastik ini, juga mencemari minuman yang dikonsumsi setiap hari oleh warga.
“80 persen PAM (Perusahaan Air Minum), air kemasan, air isi ulang, dan sungai. Hampir semua itu sudah terpapar mikro plastik, kita tidak bisa keluar dari itu sih,” keluhnya.
Tak hanya menyodorkan data, ia bersama tim Ecoton juga membuka pengecekan langsung untuk warga Kota Semarang yang ingin mengecek kandungan air di sekitar rumahnya.
Linggayani Soentoro, warga Kota Semarang yang aktif di Jaringan Peduli Lingkungan dan Alam (Jarilima), mengaku kaget dengan kondisi air yang setiap hari ia konsumsi.
“Saya bawa air minum yang telah difilter dengan alat pemurni rumahan, air galon biasa kami minum juga, kemudian air es kemasan balok rumahan itu, sama air dimasak,” sebutnya sample yang diteliti.
Dari semua sample tersebut, hanya dua yang aman dari mikroplastik yakni air hasil filtrasi dan air hasil masak.
“Jadi pada dua ini ada (air galon dan air es batu), terdapat partikel fibernya serta serpihan plastik yang hancur, itu tampak di airnya dan tanpa kita sadari diminum,” akunya usai menjadi salah satu pemateri dalam diskusi tersebut.
Ketakutan terbesarnya, yakni temuan mikroplastik di air ketuban. Pasalnya, temuan tersebut menjadi panggilan hati dirinya sebagai perempuan untuk menjaga kesadaran mengurangi mikroplastik.
“Jika kita tidak mau menyadari dan terus menghasilkan mikroplastik,u lalu apa yang kita wariskan untuk anak cucu,” ungkapnya.
Tak hanya dirinya, ia juga mengajak-ajak siswa didiknya untuk mengecek langsung bagaimana kondisi air di lingkungannya.
“Anak-anak itu malah jadi takut, ‘miss gimana ini mau minum takut’,” ungkapnya respon generasi selanjutnya.
Penjelasan Dokter
Hasil dari diskusi yang diselenggarakan Greenpiece, Ecoton dan Jarilima ini, menunjukan bahwa kehidupan manusia telah terpapar mikroplastik.
Dokter dari Universitas Indonesia (UI) yang tengah fokus melakukan riset mikroplastik, Dokter Pukovisa Prawirohardjo menyebutkan, bahwa hal ini cukup berbahaya ketika mengendap di jaringan tubuh.
“Jaringan di otak yang seringkali terdampak dan terendap. Itu beresiko pada kognitif otak,” ungkap dokter syaraf tersebut usai diskusi di Rumah Pohan Kota Lama Semarang.
Artinya, ketika otak terpapar mikroplastik, maka fungsi kognitif otak akan menurun atau berdampak pada keterlambatan berfikir.
“Paparan mikroplastik tersebut, seringnya terjadi pada makanan atau minuman kemasan sekali pakai,” jelasnya.
Ia juga menceritakan, bahwa baru-baru ini telah melakukan penelitian pada darah manusia, dan kondisinya terpapar.
“Bahkan orang yang jarang terpapar mikroplastik (tidak mengkonsumsi makanan kemasan sekali pakai), itu sample darah mereka 90 persen telah terpapar,” sebutnya.
Salain itu, timnya juga sedang melakukan riset terhadap organ tubuh lain seperti alat pencernaan dan sistem reproduksi.
Meskipun demikian, rasa khawatir paparan mikroplastik tersebut bisa sampai pada organ tersebut.
“Ternyata hal seperti ini juga dilakukan di negara-negara luar, bahkan trendnya itu tertinggi endapan pada jaringan otak manusia,” jelasnya.
Persoalan serius ini, kabarnya belum ada cara untuk mengusir atau membersihkan endapan mikroplastik pada tubuh manusia.
“Mari kita batasi penggunaanya, karena belum ada alat untuk mengusir mikro plastik ini,” himbaunya.
Direktur Ecoton, Prigi menambahkan, ada beberapa faktor yang mengakibatkan pencemaran mikroplastik. Praktik pembakaran sampah plastik, penggunaan sampah plastik.
“Sehingga jangan membuka mulut saat hujan, karena itu berbahaya bagi tubuh, dan jangan sampai masuk otak kita,” himbaunya.
Desakan Greenpeace
Bayang-bayang mikroplastik di Indonesia, khususnya wilayah Kota Semarang ini, menjadi pekerjaan rumah (PR) besar bagi pemerintah.
Peneliti Greenpeace Indonesia, Afifah Rahmi Andini memaparkan, bahwa ada beberapa desakan pemerintah untuk membuat regulasi berkaitan dengan persoalan mikroplastik.
“Ada dua hal desakan, yakni mitigasi dan adaptasi untuk survive nya gimana ini untuk menghadapi,” ujar Afifah.
Menurutnya, pemakaian kemasan sekali pakai yang sekarang terus membanjiri tumpukan sampah di Indonesia, harus segera dilarang.
“Ini menjadi upaya mitigasi. Sebenarnya produsen (kemasan sekali pakai) sudah diamanatkan untuk membuat roadmaps pengurangan sampah plastik dan juga lainnya,” jelasnya.
Aturan tersebut, tertuang dalam Peraturan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permem LHK) No. 75 Tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen.
Kemudian, diperkuat dengan Permen LHK No. 9 Tahun 2024 tentang Pengelolaan Sampah yang Mengandung Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
“Sayang peraturan itu sampai hari ini 2025, yang submit itu masih dibawah 100 angka produsennya,” sebutnya.
“Jadi sisanya ini kemana komitmenya, kondisinya sudah sedemikian mikroplastik ada dimana-mana,” tambahnya mempertanyakan.
Kabarnya, saat ini pemerintah memang sedang merevisi aturan pemgelolaan sampah.
“Harapnya aturan pengurangan produksi sampah plastik ini bisa diperluas, supaya tidak semakin mengkontaminasi tubuh kita,” katanya.
Baca juga : Indonesia Jadi Negara Paling Banyak Mengkonsumsi Mikroplastik
Desakan selanjutnya, ia meminta pemerintah untuk memberikan solusi dan mendesain sistem pengemasan dalam pendistribusian kepada masyarakat. (03)