Beranda Daerah Jawa Tengah Siap Jadi Penopang Swasembada Garam Nasional, Gubernur Ahmad Luthfi: Industri...

Jawa Tengah Siap Jadi Penopang Swasembada Garam Nasional, Gubernur Ahmad Luthfi: Industri Garam Harus Jadi Unggulan Jateng

Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi menyatakan bahwa industri garam akan menjadi salah satu sektor unggulan provinsi.

Acara Kolaborasi Menuju Kebangkitan Industri Garam di Jawa Tengah untuk Kesejahteraan Rakyat yang digelar di Auditorium Undip, Tembalang, Semarang, Kamis (4/12/2025).(Foto:pemprov)

SEMARANG, Jatengnews.id  – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menegaskan komitmennya untuk menjadi kekuatan utama dalam mewujudkan swasembada garam nasional. Hal ini sejalan dengan amanat Presiden Prabowo Subianto dalam Perpres No. 17 Tahun 2025 tentang Percepatan Pembangunan Pergaraman Nasional.

Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi menyatakan bahwa industri garam akan menjadi salah satu sektor unggulan provinsi.

“Jawa Tengah siap menjadi daerah swasembada garam dan menjadi pilar penting industri garam nasional,” tegasnya.

Baca juga: Panen Raya Jagung di Grobogan, Pj Gubernur Jateng Dorong Swasembada Pangan dan Pengendalian Inflasi

Komitmen itu ditegaskan dalam acara “Kolaborasi Menuju Kebangkitan Industri Garam di Jawa Tengah untuk Kesejahteraan Rakyat” yang digelar di Auditorium Undip, Tembalang, Semarang, Kamis (4/12/2025).

Acara ini merupakan kolaborasi antara Dinas Perikanan dan Kelautan Jateng, Universitas Diponegoro, DPD RI, dan PT Sarana Pembangunan Jawa Tengah (SPJT).

Acara dihadiri perwakilan kabupaten/kota penghasil garam, petambak garam, koperasi garam, perguruan tinggi, BPOM, BUMD, organisasi keagamaan hingga TPPD Jawa Tengah.

Anggota DPD RI, Abdul Kholik, menyoroti besarnya potensi garam Jateng yang selama ini belum tergarap optimal.

“Garam seharusnya bisa menjadi kekuatan ekonomi Jawa Tengah. Namun jumlah petambak garam kini terus menurun,” ujarnya.

Data menunjukkan, jumlah petambak garam di Jateng yang pada 2020 mencapai 13.260 orang, kini tinggal 6.420 orang pada 2024.

Ia mendorong optimalisasi skala produksi, peningkatan teknologi, hilirisasi industri, serta pemberdayaan petambak. Ia juga mendukung BUMD yang ingin fokus menggarap industri garam di wilayah pantai utara dan selatan, termasuk di Grobogan yang memiliki karakter unik.

Perwakilan Dinas Perikanan dan Kelautan Jateng, Lilik Harnadi, menegaskan bahwa secara regulasi provinsi telah memiliki payung hukum yang kuat dalam pengembangan industri garam.

“Jawa Tengah mampu berkontribusi 31,26 persen terhadap produksi garam nasional, dan kualitas garam petambak semakin membaik dalam lima tahun terakhir,” ujarnya.

Direktur Utama PT SPJT, Untung Juanto, menjelaskan masih besarnya selisih antara kebutuhan dan produksi garam nasional.

“Kebutuhan nasional sekitar 5 juta ton, namun produksi baru mampu memenuhi 30 persen,” kata Untung.

Saat ini SPJT telah memetakan pasar sekitar 4.500 ton per bulan, namun produksi pabrik garam SPJT di Pati baru 2.000 ton per bulan.

“Tahun 2026 kami akan membangun pabrik garam baru di Brebes,” tambahnya.

SPJT juga telah memenuhi standar SNI, sertifikat halal, hingga memproduksi garam U-100 seperti tepung. Kemitraan dengan koperasi dan petambak akan terus diperkuat.

Dari Undip, Prof. Zulfa Juniarto menyampaikan dukungan kampus terhadap peningkatan teknologi pergaraman.

“Kami tengah mengembangkan teknologi mekatronika untuk memilah kotoran secara otomatis, sehingga produksi lebih efisien,” jelasnya.

Undip juga akan mendampingi petambak serta membantu pengolahan air residu di pabrik garam.

Ketua SDGs Centre Undip, Prof. Bulan Prabawani, menambahkan bahwa penguatan industri garam akan mendorong tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan.

Baca juga: Gubernur Ahmad Luthfi Ajak Media Bangun Jawa Tengah Secara Kolaboratif

“Kolaborasi ini akan menciptakan ekosistem industri garam yang sehat dan adaptif, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir,” ujarnya.

Perwakilan petambak garam Demak, Masruri, mengusulkan pemerintah mengambil peran lebih dalam pengendalian harga.

“Harga garam di tingkat petambak harus stabil agar kami bisa terus berproduksi dan mendapatkan keuntungan layak,” katanya.(02)

Exit mobile version