DEMAK,Jatengnews.id – Fenomena ikan mati yang sempat viral di wilayah perairan Sriwulan hingga Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, disebut berkaitan dengan proses pengembalian kawasan perairan menjadi daratan.
Proyek tersebut menjadi bagian dari rencana besar pembangunan infrastruktur dan penataan kawasan pesisir yang terdampak rob.
Humas Tol Semarang–Demak Paket 1C, Dodhy, menjelaskan bahwa kematian ikan terjadi seiring tahapan pengiriman lumpur hasil pengerukan kolam retensi di Terboyo menuju kawasan Sriwulan–Bedono. Proses pengurukan itu bertujuan mengembalikan fungsi lahan yang sebelumnya tenggelam akibat rob menjadi daratan kembali.
Baca juga : Hasil Lab Ungkap Ribuan Ikan Mati di Bedono Akibat Pembuangan Lumpur Proyek Tol Semarang-Demak
“Masalah ikan mati yang sempat viral itu berkaitan dengan proses pengembalian perairan menjadi daratan. Lumpur dari kolam retensi kami kirim ke Sriwulan dan Bedono, dan memang ada dampaknya, meskipun belum signifikan, terutama di Bedono karena jumlah lumpurnya masih sedikit,” ujar Dodhy, Jumat (26/12/2025).
Menurut informasi dari Dinas Lingkungan Hidup, kematian ikan diduga terjadi akibat kekurangan oksigen pada masa transisi perairan. Jenis ikan yang terdampak pun tidak merata, terutama ikan sembilang dan belanak, sementara spesies lain tetap bertahan.
“Hujan terus-menerus beberapa minggu sebelumnya juga memperburuk kondisi oksigen di perairan. Jadi tidak semua ikan mati, dan kejadiannya sudah langsung kami bersihkan. Tidak ada pencemaran lain,” tambahnya.
Dodhy menegaskan, sosialisasi mengenai rencana perubahan perairan menjadi daratan telah dilakukan berulang kali kepada masyarakat. Proyek ini dinilai memiliki nilai ekonomi tinggi karena membuka kembali peluang pemanfaatan lahan yang hilang akibat rob.
Sementara itu, Humas CRBC, Robby Sumarna, memaparkan bahwa pekerjaan alih fungsi perairan menjadi daratan merupakan bagian dari rangkaian pembangunan Tol Semarang–Demak yang mencakup paket 1A, 1B, dan 1C. Dua kolam retensi seluas total 220 hektare digali sedalam 4,1 meter, menghasilkan lumpur yang kemudian dimanfaatkan untuk penimbunan wilayah perairan Sriwulan atas permintaan warga pemilik lahan.
“Sriwulan dulunya perairan tambak, tapi pemiliknya meminta dikembalikan menjadi daratan. Buangan tanah hasil pengerukan itu bukan diputuskan sepihak, melainkan karena masyarakat meminta agar lahan mereka kembali bisa dimanfaatkan,” jelas Robby.
Ia menyebut dampak awal berupa ikan yang mati terjadi karena ikan liar terdorong ke tepi area urukan. Namun kondisi tersebut merupakan bagian dari proses transformasi kawasan untuk jangka panjang.
Robby menambahkan, jika daratan kembali terbentuk, masyarakat akan memperoleh nilai ekonomi lebih tinggi dibandingkan jika wilayah itu tetap menjadi perairan rob. Rumah, lahan produktif, dan kegiatan ekonomi dapat kembali berjalan.
Terkait nelayan yang masih memanfaatkan wilayah tersebut untuk mencari ikan, Robby menyebut aktivitas itu bersifat sementara.
“Teman-teman nelayan nanti harus bergeser karena kawasan itu akan dijadikan daratan. Ini sudah menjadi kesepakatan bersama, dan mereka juga perlu bersiap sejak sekarang,” tuturnya.
Baca juga : Ribuan Ikan Mati di Morosari Bedono, Warga Keluhkan Dugaan Pencemaran
Dengan berlanjutnya proses penimbunan, kawasan Sriwulan diarahkan menjadi daratan baru yang diharapkan mampu mengembalikan ruang tinggal dan ruang ekonomi warga yang selama bertahun-tahun hilang akibat terjangan rob. (03)



