30 C
Semarang
, 15 May 2025
spot_img

Menapak Jejak Wali, Masjid Agung Demak Jadi Magnet Wisata Religi Unggulan di Jawa Tengah

Kekuatan sejarah sebagai perkumpulan para Wali Songo dan aura magisnya menjadi daya pikat utama wisatawan datang di Masjid Agung Demak

Demak, Jatengnews.id – Masjid Agung Demak tak sekadar menjadi tempat ibadah, tetapi juga simbol peradaban Islam yang menjelma menjadi destinasi wisata religi unggulan di Jawa Tengah.

Sebagai peninggalan Kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa, masjid yang berdiri megah di pusat Kota Demak ini menyimpan kekuatan sejarah dan spiritualitas yang mengundang decak kagum.

Selain itu, Masjid Agung Demak juga merupakan masjid tertua di Pulau Jawa, didirikan Wali Sembilan atau Wali Songo. Masjid ini merupakan cikal bakal berdirinya kerajaan Glagahwangi Bintoro Demak dengan struktur bangunan tradisional khas Indonesia.

Penampilan atap sirap piramida Masjid Agung Demak ini menunjukkan Aqidah Islamiyah yang terdiri dari tiga bagian, pertama Iman, kedua Islam, dan ketiga Ihsan.

Baca juga: Tradisi Apitan di Desa Dempet Demak Berlangsung Meriah

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Demak, Endah Cahya Rini, mengungkapkan bahwa Masjid Agung Demak merupakan magnet bagi para pelancong yang ingin menapaktilasi jejak para wali. Tak hanya sebagai situs ibadah, daya tarik Masjid Agung Demak juga terletak pada arsitektur klasiknya yang masih terawat hingga kini.

“Kekuatan sejarah dan aura magisnya menjadi daya pikat utama,” ujar Endah kepada Jatengnews, Rabu (14/5/2025).

Masjid Agung Demak, jadi wisata religi unggulan di Jawa Tengah Rabu (14/5/2025). (Foto: Sam)

Berbicara sejarah pembangunan Masjid Agung Demak, beliau menambahkan, pada waktu itu Raden Fattah bersama Wali Songo mendirikan Masjid dengan memberi prasasti bergambar bulus yang bermakna tahun 1401 Saka.

Di dalam masjid terdapat 4 saka tatal yang merupakan tiang utama penyangga kerangka atap masjid yang bersusun tiga, masing -masing soko guru memiliki tinggi 1630 cm.

Di dalam komplek Masjid, juga terdapat Museum yang menyimpan koleksi bersejarah peninggalan Masjid Agung Demak.

Ratusan Ribu Kunjungan

Alhasil dari adanya data kunjungan wisata menunjukkan angka mencengangkan. Selama periode 27 Maret hingga 8 April 2025, tercatat 155.847 orang menyambangi lokasi ini.

Angka tersebut menempatkan Masjid Agung Demak sebagai destinasi wisata religi nomor dua di Jawa Tengah, hanya berada di bawah Kota Lama Semarang dan Masjid Sheikh Zayed Solo.

Sementara itu, Takmir Masjid Agung Demak, KH Nur Fauzi, menambahkan bahwa kawasan MAD tidak hanya menjadi tempat shalat dan i’tikaf, tapi juga pusat ziarah. Wisatawan datang untuk ngalap berkah ke kompleks pemakaman kasultanan, yang terdiri atas makam para tokoh besar seperti Raden Fatah, Pati Unus, Sultan Trenggono, hingga Sultan Prawoto.

Yang menarik, di kompleks ini juga terdapat makam Syekh Maulana Maghribi, sosok spiritual yang dipercaya sebagai penyebar awal Islam di wilayah ini sebelum datangnya para Wali Songo.

Baca juga: Pantai Glagah Wangi Demak, Menikmati Sunset Hingga Serunya Spot Foto dan Naik Perahu

“Syekh Maulana Maghribi adalah tokoh penting, namun masih belum banyak dikenal publik. Padahal beliau adalah pondasi awal spiritualitas yang diwarisi para zahirin,” jelas Nur Fauzi.

Masjid Agung Demak juga memiliki empat saka guru ikonik peninggalan Sunan Ampel, Sunan Kalijaga, Sunan Giri, dan Sunan Bonang yang masih asli hingga sekarang. Serambi masjid bahkan berasal dari warisan arsitektur Majapahit yang lebih tua dari bangunan masjid itu sendiri.

Salah satu bagian penting yang sedang dipelihara adalah sirap atau atap kayu jati khas Randu Blatung, yang usianya harus di atas 72 tahun. Revitalisasi secara berkala dilakukan setiap tahun untuk menjaga keasliannya.

Proyek revitalisasi Masjid Agung Demak yang terakhir dilakukan pada 1984 kini kembali direncanakan, termasuk pengembangan museum dan perpustakaan menjadi satu area terintegrasi dengan konsep digitalisasi.

Museum Masjid Agung Demak yang berada di samping masjid, Rabu (14/5/2025). (Foto: Sam)

“Museum akan divisualisasikan dan literasi digital akan dikembangkan agar menarik generasi muda,” tambah Kyai Fauzi.

Penguatan IT dan Konten Digital

Dari sisi pengelolaan, Masjid Agung Demak juga memiliki sistem pengelolaan keuangan yang matang. Dana operasional sebagian besar berasal dari kotak amal dan Badan Kesejahteraan Masjid (BKM).

Dengan 125 karyawan, kebutuhan operasional bulanan mencapai sekitar Rp 400 juta. Namun, selama Ramadhan dan agenda besar seperti haul Sultan Fatah atau Grebeg Besar, anggaran bisa membengkak hingga miliaran rupiah.

Baca juga: 10 Tempat Wisata di Jepara Surga Tersembunyi Dari Jawa Tengah

“Dana memang besar, tapi kami percaya ini warisan Sultan Fatah, dan selama dikelola dengan baik pasti cukup. Kami mengelola bukan hanya fisik, tapi juga spiritualitas umat,” terang Nur Fauzi.

Ke depan, Takmir Masjid Agung Demak berfokus pada penguatan IT dan penyebaran konten digital yang edukatif terkait sejarah dan makam aulia, sembari tetap menjalankan fungsi sosial, keagamaan, hingga pembinaan generasi muda agar terhindar dari paham-paham menyimpang. (Adv-01).

Berita Terkait

BERITA TERBARU

- Advertisement -spot_img

BERITA PILIHAN