30.4 C
Semarang
, 13 Oktober 2025
spot_img

Pendidikan yang Menghidupkan: Ketika Sekolah Menjadi Ruang Harapan Baru

Oleh: Dias AP – Pemerhati Kebijakan Pendidikan

ADA yang berubah di banyak sekolah negeri kita hari ini. Di sebuah desa di lereng Gunung Slamet, suasana pagi kini disambut tawa anak-anak di halaman sekolah. Ruang kelas yang dulu bocor kini terang dan berwarna, dihiasi karya murid serta gambar pahlawan.

“Dulu kami sering belajar sambil menampung air hujan. Sekarang anak-anak datang lebih pagi karena ruangnya nyaman,” tutur Bu Lilis, guru SD Negeri Dukuhbenda.

Cerita seperti ini menggambarkan denyut baru pendidikan Indonesia — bukan sekadar pembangunan fisik, melainkan kebangkitan semangat belajar.

Sekolah Pulih, Harapan Tumbuh

Sepanjang Oktober 2024–2025, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) mencatat capaian besar lewat tujuh program strategis pendidikan bermutu dengan anggaran Rp181,72 triliun. Hasilnya, sebanyak 15.523 satuan pendidikan telah direvitalisasi, melampaui target awal 10.440 sekolah.

Baca juga: Pernyataan Tegas Civitas Akademika Universitas Katolik Soegijapranata Soal Revisi UU Pilkada

Revitalisasi bukan hanya soal cat dinding baru, tapi juga pemulihan martabat sekolah. Anak-anak lebih rajin hadir, orang tua kembali percaya, dan lingkungan belajar menjadi lebih hidup.

Menurut penelitian Mahi Sultan dkk (2024), revitalisasi fasilitas sekolah dasar di Jawa Tengah mampu meningkatkan keterlibatan siswa hingga 30%. Ini membuktikan bahwa ruang belajar yang layak menumbuhkan semangat belajar yang sempat padam.

Belajar di Era Digital: Pendidikan yang Terhubung

Transformasi pendidikan kini menembus batas ruang kelas. Lebih dari 285.000 sekolah telah terkoneksi sistem pembelajaran digital sejalan dengan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2025 tentang percepatan transformasi digital nasional.

“Sekarang pelajaran bisa dibuka dari tablet, tidak perlu menunggu buku dari kota,” kata Nizam, siswa Brebes.

Studi Indonesian Journal of Innovation Studies (2025) menunjukkan bahwa model pembelajaran digital meningkatkan keterampilan berpikir kritis, kolaboratif, dan literasi teknologi siswa.

Selain itu, survei Katadata Insight Center (2025) mencatat 88% orang tua menilai sistem digitalisasi penerimaan siswa baru lebih adil dan transparan dibanding PPDB manual.

“Sekarang kami bisa fokus ke murid, bukan lagi tersita urusan administratif,” ujar Bu Ais, guru PAUD di Tegal.

Teknologi, pada akhirnya, bukan menggantikan guru — tetapi menguatkan hubungan kemanusiaan dalam pendidikan.

Guru Sejahtera, Murid Bahagia

Tahun 2025, pemerintah menyalurkan Rp13,2 triliun untuk peningkatan kompetensi dan kesejahteraan guru. Dana itu mencakup tunjangan profesi bagi 785.000 guru non-ASN, subsidi upah untuk 253.000 guru PAUD nonformal, dan program PPG bagi 804.000 guru.

“Sekarang saya bisa menabung dan fokus mengajar,” ungkap Bu Titin, guru PAUD di Tegal.

Riset Universitas Negeri Surabaya (2025) menemukan bahwa guru dengan pelatihan berkelanjutan mampu meningkatkan literasi numerik siswa hingga 25%.

Bantuan pendidikan juga meningkat pesat. Tahun 2025, lebih dari 18,5 juta siswa dari keluarga tidak mampu menerima bantuan melalui Program Indonesia Pintar (PIP) dan Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM).

“Anak saya hampir berhenti sekolah karena tak ada uang saku. Setelah dapat bantuan, dia bisa lanjut belajar dan malah jadi juara kelas,” kata Ibu Rina, warga Wonosobo.

Selain itu, Program Bantuan Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) sebesar Rp59,3 triliun mendukung 422 ribu sekolah, serta tunjangan guru ASN senilai Rp70 triliun memastikan keberlanjutan mutu pendidikan.

Melalui gerakan “Tujuh Kebiasaan Anak Hebat Indonesia” (bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan bergizi, gemar belajar, bersosialisasi, dan tidur cukup), kini tiga perempat sekolah di Indonesia telah menerapkannya.

Studi Journal of Health Education Indonesia (2025) mencatat penurunan 18% kasus gizi buruk dan peningkatan kehadiran siswa di sekolah penerap program ini.

Baca juga: Pemprov dan 35 Pemda di Jateng Raih Opini Kualitas Tinggi Pelayanan Publik 2023

Sekolah tak lagi sekadar tempat menuntut ilmu, tetapi ruang pembentukan karakter dan kebiasaan hidup sehat.

Menjaga Api Pendidikan Tetap Menyala

Tantangan ke depan masih besar: pemerataan di daerah 3T, kesiapan guru digital, dan kesinambungan pendanaan. Namun, arah pendidikan Indonesia kini sudah di jalur yang benar.

“Setiap anak lahir dengan kekuatan yang harus dituntun, bukan dibatasi.” – Ki Hajar Dewantara.

Kini, api pendidikan itu tumbuh di ruang kelas yang layak, di tangan guru berdaya, dan di hati anak-anak yang bermimpi besar. Pendidikan yang menghidupkan bukan sekadar wacana, melainkan denyut kehidupan bangsa menuju Indonesia Emas 2045. (01).

Berita Terkait

BERITA TERBARU

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

BERITA PILIHAN