KENDAL, Jatengnews.id – Intan Tika Sari berhasil meraih juara pertama dalam ajang Kendal Cerpen Award (KCA) 2025 melalui karya berjudul “Empat Jam Api di Boja.”
Atas prestasinya itu, perempuan asal Dusun Kemiri Ciut, Desa Singorojo, Kecamatan Singorojo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, berhak membawa pulang hadiah utama berupa seekor kambing betina peranakan Etawa, plakat, piagam penghargaan, paket buku, dan paket kain.
Pengumuman pemenang disampaikan oleh perwakilan dewan juri Sawali Tuhusetya, pada acara penganugerahan KCA 2025 yang digelar Minggu (26/10/2025) siang di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kalireyeng, Kebondalem, Kendal.
Kegiatan ini digelar secara gotong royong oleh Komunitas Lerengmedini (KLM) Boja, Sangkar Arah Pustaka Kangkung, Pelataran Sastra Kaliwungu (PSK), dan Jarak Dekat Art Production Kangkung.
Baca juga: Dibuka, Sayembara Mencipta Cerpen Berhadiah Kambing Etawa
Intan, kelahiran Kendal 9 Mei 2002, merupakan mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Terbuka. Ia mengaku tak menyangka cerpennya bisa menarik perhatian juri.
“Sama sekali nggak nyangka bisa juara. Saya ikut hanya untuk pengalaman, tidak terlalu berharap juara. Terima kasih buat penyelenggara KCA 2025,” ujar lulusan SMAN 1 Boja tahun 2020 itu.
Saat ditanya soal hadiah kambing yang diterimanya, Intan tersenyum dan menyebut akan memeliharanya bersama kambing milik sang ayah.
“Kebetulan bapak punya delapan kambing. Nanti kambing etawa ini sekalian ikut dipelihara bapak,” katanya sambil tertawa.
Selain kuliah, Intan juga bekerja sebagai pramuniaga di Toserba Margo Mulyo Bebengan, Boja. Ide cerpen sejarah Empat Jam Api di Boja ia dapat dari kisah gurunya saat sekolah. Cerita tersebut mengangkat peristiwa “Bumi Hangus Boja” yang terjadi pada akhir Juli 1947.
“Motivasi saya menulis cerpen sejarah ini supaya orang lebih mengenal sejarah lokal. Banyak warga Boja yang belum tahu tentang peristiwa bumi hangus Boja,” ujar pengagum sastrawan Sapardi Djoko Damono itu.
Daftar Lengkap Pemenang KCA 2025:
- Juara 1: Intan Tika Sari (Empat Jam Api di Boja) – total nilai 257
- Juara 2: Muhammad Fauzi (Kaliwungu) – Jan, total nilai 250
- Juara 3: M. Abdul Daffa (Kaliwungu) – Bayangan Hitam di Pabrik Gula, total nilai 248
- Pilihan Juri 1: Abdullah Khanif – Mata Hati, total nilai 245
- Pilihan Juri 2: Sabrina Aulia Muslimah – Dahana, total nilai 240
Dewan juri KCA 2025 terdiri dari Sawali Tuhusetya (cerpenis/guru), Arif Fitra Kurniawan (cerpenis/penyair/esais), dan Heri CS (jurnalis/pegiat literasi).
Menurut Ketua Panitia M. Lukluk Atsmara Anjaina, naskah Intan berhasil mengungguli 16 peserta lain dari berbagai kecamatan di Kendal.
“KCA 2025 menjadi sayembara dengan peserta terbanyak. Harapan kami, ke depan semakin banyak generasi muda Kendal yang ikut berkarya lewat cerpen,” ungkap Lukluk yang juga Sekretaris Pelataran Sastra Kaliwungu.
Dewan juri Sawali Tuhusetya menilai ajang ini menjadi momentum penting bagi dunia sastra di Kendal.
Baca juga: Bawa Naskah Lakon “Manitis” Verry Khoerul Mizan Menangi Kendal Lakon Award 2024
“KCA 2025 menjadi pemantik bagi munculnya cerpenis-cerpenis muda di Kendal. Angka 17 peserta ini menjadi tonggak lahirnya penulis muda yang akan menjaga dan mengeksplorasi nilai-nilai kearifan lokal lewat karya sastra,” tuturnya.
Ia berharap, penyelenggaraan KCA bisa berlanjut dan berkembang sebagai ruang kreatif sastra daerah.
“Kendal jangan sampai tertinggal dalam ranah sastra dan kebudayaan,” tandasnya.
Penganugerahan KCA 2025 juga diwarnai Gelar Seni Budaya Kalireyeng Bright Future “Aku Suka dan Aku Bisa,” menampilkan pertunjukan anak-anak dari TBM GenZi dan Kelompok Bermain Warna Pelangi, di antaranya tari, barongan, macapat, geguritan, lukis, dan baca puisi.
Ketua TBM GenZi Khalyun Dwi Kusumaningrum menyebut, kegiatan ini memberi ruang bagi anak dan generasi muda untuk berkarya.
“Kami ingin anak-anak dan seniman lokal punya panggung untuk memperkaya kehidupan seni masyarakat di Kalireyeng,” ujarnya.
Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Dinarpus) Kendal, Wahyu Yusuf Akhmadi, turut mengapresiasi penyelenggaraan KCA 2025.
“Kegiatan sastra seperti ini penting untuk meningkatkan literasi budaya masyarakat. Literasi bukan hanya baca tulis, tapi juga literasi kebudayaan,” katanya. (01).




