31 C
Semarang
, 19 November 2025
spot_img

Pepadi Semarang Hidupkan Kembali Wayang Gagrak di Momentum Hari Wayang Nasional 2025

Dalam momentum peringatan Hari Wayang Nasional 2025 dan Haul 40 Tahun Ki Nartosabdo

SEMARANG, Jatengnews.id  – Momentum peringatan Hari Wayang Nasional 2025 dan Haul 40 Tahun Ki Nartosabdo, Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Kota Semarang menegaskan komitmennya untuk menggali sekaligus menghidupkan kembali Wayang Gagrak Semarang sebagai identitas lokal.

Hal itu disampaikan Ketua Pepadi Kota Semarang, Anang Budi Utomo, pada pagelaran wayang kulit di Kampung Budaya Unnes, Sabtu (15/11/2025).

Anang mengungkapkan bahwa selama ini Semarang sebenarnya memiliki gaya wayang tersendiri. Namun keberadaannya belum pernah dibina secara serius.

Baca juga: Pepadi Jateng Raih Juara Umum di Festival Dalang Anak Nasional 2025

“Semarang ini punya model wayang sendiri. Selama ini masih memakai gagrak Surakarta. Ke depan kita akan fokus menggali Gagrak Semarang karena daerah lain tidak ada yang mengopeni selain Semarang,” jelasnya.

Pepadi membuka peluang kolaborasi antara Wayang Gagrak Semarang dengan kesenian khas kota, seperti Gambang Semarang. Pihaknya juga menyoroti pentingnya pembinaan generasi muda melalui sanggar.

“Sanggarnya kita fasilitasi. Regenerasi dalang harus berjalan baik,” ujarnya.

Wayang Mulai Bangkit Pasca Pandemi

Menurut Anang, dunia pedalangan mulai pulih setelah terdampak pandemi COVID-19 selama tiga hingga empat tahun. Ia optimistis kegiatan kesenian wayang akan kembali semarak pada 2025–2027.

Pada peringatan Hari Wayang Nasional ke-7, Pepadi Semarang menggelar dua kegiatan utama:

Festival Wayang di Simpang Lima (7–8 November),

Pagelaran Wayang di Kampung Budaya Unnes (15 November) bekerja sama dengan Pepadi Jawa Tengah.

Pagelaran ini juga menjadi ajang apresiasi untuk para juara nasional Festival Dalang Anak, di antaranya Danendra Dananjaya Djuanda, Respati Listyatmoko, Hafist Yusuf Muhamad, serta dalang senior Gunarto Gunotalijendro.

Pepadi Semarang turut mendorong inovasi seperti penggunaan e-gamelan karya Odinus dan format pertunjukan padatan (durasi pendek), tanpa meninggalkan pakem pedalangan.

“Cerita padatan jangan lepas dari induknya. Kita tarik minat anak muda tapi tetap menjaga marwah wayang,” tegas Anang.

Pepadi memastikan pertunjukan wayang digelar rutin di ruang publik.

TBRS Semarang setiap malam Jumat Kliwon,

Wayang Orang Ngesti Pandowo tiap malam Minggu, termasuk konsep Wayang Orang On The Street.

Baca juga: 5 Dalang Cilik Wakili Jateng di Festival Dalang Anak Nasional 2025

Mulai 2026, Pepadi menyiapkan program pentas wayang keliling kampung melalui fasilitasi Pemkot Semarang.

Kepala Bidang Kebudayaan Disbudpar Kota Semarang, Sarosa, mengatakan kegiatan ini menjadi wadah bagi para dalang cilik berprestasi yang telah meraih juara nasional.

“Para dalang kecil ini membawa nama Kota Semarang ke level nasional,” ujarnya.

Sarosa menjelaskan bahwa pemajuan kebudayaan harus berlandaskan empat strategi: perlindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan. Pertunjukan durasi pendek dinilai cocok untuk menarik generasi muda sebelum mengenal format pagelaran semalam suntuk.

Hadapi Tantangan Minimnya Penonton Muda

Pemerintah terus berinovasi agar wayang tetap diminati di tengah gempuran budaya populer.

Salah satu inovasi yaitu Wayang On The Street di kawasan Kota Lama, serta pementasan setiap Jumat Kliwon di ruang terbuka.

“Pementasan di luar gedung memudahkan masyarakat dan wisatawan menonton dan mengapresiasi seni wayang,” tambah Sarosa. (01).

Berita Terkait

BERITA TERBARU

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

BERITA PILIHAN