SEMARANG, Jatengnews.id – UIN Walisongo Semarang menggelar Halaqoh Pesantren bertema Penguatan Kelembagaan Pendirian Direktorat Jenderal Pesantren di Teater Rektorat, Rabu (26/11/2025).
Adapun, sebanyak 70 pengasuh pondok pesantren dari Semarang dan sekitarnya hadir dalam forum strategis ini.
Acara dibuka Wakil Menteri Agama RI Dr. KH. Romo R. Muhammad Syafi’i, M.Hum., didampingi Dirjen Pendidikan Islam Prof.
Baca juga : Dugderan Semarang, Agustina Bakal Perankan Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Purbodiningrum
Dr. H. Suyitno, M.Ag., Plh. Rektor UIN Walisongo Prof. Dr. Mukhsin Jamil, M.Ag., serta jajaran Kemenag Jawa Tengah.
Kasubid Pendidikan Diniyah Takmiliyah dan Al-Qur’an, H. Aziz Syaifudin, menegaskan bahwa halaqoh ini menjadi langkah awal sosialisasi pendirian Direktorat Jenderal Pesantren.
“Jumlah pesantren kini mencapai 42.300. Lonjakan ini menuntut hadirnya struktur khusus agar tata kelola berjalan efektif,” ujarnya.
Plh. Rektor UIN Walisongo, Prof. Mukhsin Jamil, menyebut halaqoh ini sebagai momentum penting memperkuat peran pesantren di tengah tuntutan era digital. “Pesantren memikul peran pendidikan, dakwah, dan pemberdayaan. Kelembagaan harus diperkuat agar pesantren tetap adaptif,” katanya.
Dalam keynote speech-nya, Wamenag Syafi’i menegaskan bahwa pendirian Dirjen Pesantren—yang telah ditandatangani Presiden pada 22 Oktober 2025—adalah kebutuhan strategis.
“Indonesia dan pesantren tidak bisa dipisahkan. Lebih dari 10 juta santri membutuhkan struktur yang kuat,” tegasnya.
Ia juga menyinggung minimnya alokasi anggaran untuk pesantren selama ini. “Masalahnya bukan dianaktirikan, tetapi struktur. Dirjen Pesantren hadir untuk memperbaiki itu,” ungkapnya.
Menurut Wamenag, berdirinya direktorat baru akan berdampak besar pada penguatan layanan dan pendanaan. “Rancangan anggaran akan naik sepuluh kali lipat hingga Rp13 triliun. Negara hadir memberi dukungan, tanpa mengatur dapur pesantren,” jelasnya.
Wamen Syafi’i juga menyoroti kemajuan santri dalam teknologi, vokasi, hingga kompetisi robotik dan drone. Integrasi ilmu agama dan sains, katanya, akan menjadi arah besar pendidikan pesantren ke depan.
“Kita ingin santri faqih dalam agama sekaligus unggul teknologi. Semua ilmu datang dari Allah,” ujarnya.
Baca juga : RMI PWNU Jateng Gelar Halaqoh Peran Pesantren Dalam Moderasi Beragama
Kegiatan ditutup sesi diskusi bersama para pengasuh pesantren. Para peserta menyambut positif pendirian Dirjen Pesantren yang dinilai menjadi tonggak penguatan pendidikan berbasis pesantren dan memperkuat kontribusi pesantren bagi pembangunan bangsa. (03)







