27 C
Semarang
, 27 July 2024
spot_img

Kemenkes Ungkap Ada 290 Kasus DBD Sampai Maret 2024

Jakarta, Jatengnews.id – Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (Ditjen P2P) Kemenkes menjelaskan kasus DBD tembus 35.556 dengan 290 kematian.

“Di bulan Maret ini saja, beberapa daerah sudah menetapkan KLB, seperti Jepara, Enrekang, Kutai Barat, Lampung Timur, dan Kab Nagekeo. Oleh karena itu, pemerintah tidak pernah bosan untuk terus menekankan pentingnya 3M Plus, dan termasuk mempertimbangkan pencegahan inovatif seperti Wolbachia dan vaksin DBD,” katanya dikutip dari Suara.com jaringan berita Jatengnews.id, Senin (25/03/2024).

Baca juga : Kasus Demam Berdarah Melonjak Dokter Ungkap Cara Pencegahan

Dari situasi itu,  Kemenkes sempat mengungkap potensi vaksin DBD atau demam berdarah dengue diberikan secara gratis melalui program vaksinasi nasional. Program ini juga kemungkinan akan melengkapi aksi penyebaran nyamuk Wolbachia yang lebih dulu dilakukan.

Dari situasi itu,  Kemenkes sempat mengungkap potensi vaksin DBD atau demam berdarah dengue diberikan secara gratis melalui program vaksinasi nasional. Program ini juga kemungkinan akan melengkapi aksi penyebaran nyamuk Wolbachia yang lebih dulu dilakukan.

“Seminggu lalu saya ke Brazil, mereka sama seperti Indonesia, dia melakukan inovasinya dua-duanya, inovasi menggunakan wolbachia dan juga vaksin.” ujar Imran.

Imran mengatakan meski Brazil telah merilis program wolbachia dan vaksin untuk skala nasional lebih dulu, namun negara tersebut dihadapkan pada tantangan produksi vaksin DBD belum bisa mencukupi kebutuhan dalam negeri.

“Jadi memang tidak bisa memang beberapa studi sudah dilakukan, dan di brasil itu begitu dilaunching untuk program nasional itu kebutuhan vaksinnya baru bisa mulai itu baru tahun depan karena produksi vaksinnya nggak cukup,” jelas Imran.

Menurut Imran, Brazil baru bisa menjalankan program vaksin DBD skala nasional dengan cara mempersiapkan kemampuan produksi vaksin baru ini harus melalui tahap yang cukup lama. Kenyataan inilah yang membuat Indonesia bercermin, untuk lebih dulu mempersiapkan kapasitas produksi vaksin DBD di dalam negeri.

“Ya kita juga secara nasional harus mengukur, pabriknya sebesar apa, jadi makanya kalau di daerah mereka mau melakukan dalam skala terbatas di daerah mungkin masih bisa,” paparnya.

Imran menambahkan, jika nantinya program vaksin DBD digelar secara nasional bakal ada kategori usia sebagai target utama. Target kelompok ini disesuaikan berdasarkan faktor risiko kejadian DBD di masyarakat.

“Paling banyak usia sekolah 5 sampai 14 tahun itu paling bahaya dan paling sering berdasarkan kasus maupun kematian. Kalau ada vaksin gratis ya sasaran utama anak-anak itu,” terang Imran.

Baca juga : KKN UPGRIS Sosialisasi Penanggulangan Demam Berdarah Bagi Siswa SD

Adapun program pencegahan dan penanganan DBD di Indonesia saat ini sedang berfokus pada 3M Plus yaitu menguras dan menyikat, menutup tempat penampungan air, mendaur ulang barang bekas. Sedangkan Plus yang dimaksud yaitu vaksin DBD Qdenga. (03)

Berita Terkait

BERITA TERBARU

- Advertisement -spot_img

BERITA PILIHAN