26.7 C
Semarang
, 1 Agustus 2025
spot_img

Kemiskinan Jateng Turun, BPS : Ekonomi dan Inflasi Terjaga

Angka ini turun 29,65 ribu orang dibandingkan posisi September 2024 yang mencapai 3,40 juta jiwa atau 9,58 persen.

SEMARANG, Jatengnews.id  – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah mencatat jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah per Maret 2025 menurun menjadi 3,367 juta jiwa atau 9,48 persen.

Angka ini turun 29,65 ribu orang dibandingkan posisi September 2024 yang mencapai 3,40 juta jiwa atau 9,58 persen.

Baca juga: BPS Jateng Umumkan Ekspor Jateng Alami Surplus di Januari 2025

“Pada Maret 2025 ini, kemiskinan di Jawa Tengah mengalami penurunan cukup signifikan. Dari 9,58 persen menjadi 9,48 persen, atau secara jumlah turun 29,65 ribu orang,” ujar Kepala BPS Jateng, Endang Tri Wahyuningsih, Rabu (30/7/2025).

Penurunan ini tidak lepas dari sejumlah faktor sosial dan ekonomi. Di antaranya adalah penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang pada Februari 2025 tercatat sebesar 4,33 persen, turun dari Agustus 2024 yang mencapai 4,78 persen.

“Pertumbuhan ekonomi juga berperan penting. Pada triwulan I 2025, ekonomi Jawa Tengah tumbuh 4,96 persen secara tahunan, lebih tinggi dari rata-rata nasional yang sebesar 4,87 persen,” jelas Endang.

Inflasi pun tercatat lebih terkendali. Pada Maret 2025, inflasi berada di angka 0,75 persen, jauh lebih rendah dibanding 1,57 persen pada September 2024.

Dalam mengukur kemiskinan, BPS menggunakan pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, seseorang dikategorikan miskin apabila tidak mampu memenuhi kebutuhan makanan maupun non-makanan.

“Garis kemiskinan pada Maret 2025 tercatat sebesar Rp537.812 per kapita per bulan. Ini naik 3,21 persen dibanding September 2024 yang sebesar Rp521.093,” terangnya.

Baca juga: Pemprov Jateng Perkuat Sinergi, BPS Jateng Catat Laju Inflasi Aman Terkendali

Disparitas kemiskinan antara kota dan desa juga mulai menyempit. Tingkat kemiskinan di perdesaan tercatat 9,92 persen, sedangkan di perkotaan sebesar 9,10 persen.

Selain itu, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) juga mengalami penurunan. Gini Ratio, sebagai indikator ketimpangan pengeluaran, turun menjadi 0,359.

“Ini menunjukkan pemerataan ekonomi sedikit membaik, meskipun tentu masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan,” pungkas Endang.(02)

Berita Terkait

BERITA TERBARU

- Advertisement -spot_img

BERITA PILIHAN