29.8 C
Semarang
, 27 September 2025
spot_img

KEMBANG DESA: Kopi, Alam, dan Harapan Baru dari Lereng Ungaran

Desa di lereng Gunung Ungaran tersebut perlahan menjelma menjadi ruang belajar, rekreasi, sekaligus sumber penghidupan berkat program KEMBANG DESA

KENDAL, Jatengnews.id – Aroma kopi sangrai di Desa Ngesrepbalong, Kecamatan Limbangan, Kendal, kini tidak hanya menjadi rutinitas sehari-hari warga. Lebih dari itu, kopi menjadi simbol lahirnya harapan baru.

Desa di lereng Gunung Ungaran tersebut perlahan menjelma menjadi ruang belajar, rekreasi, sekaligus sumber penghidupan berkat program KEMBANG DESA (Kembangkan Pariwisata Ngesrepbalong, Dukung Ekonomi dan Pelestarian Alam) dari PT PLN Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Semarang.

Wahyudi, Ketua Pokdarwis Gunungsari Desa Ngesrepbalong, masih mengingat masa ketika pengolahan kopi hanya mengandalkan peralatan sederhana.

Baca juga: Curug Lawe Secepit: Energi Hijau yang Menjaga Alam dan Memberdayakan Desa

“Dulu kami sangrai pakai wajan, alatnya seadanya. Sekarang, kami sudah punya mesin grinder, grader, sampai espresso. Bahkan limbah kopi bisa kami olah jadi pupuk,” ujarnya sambil memperlihatkan deretan peralatan baru yang kini menjadi kebanggaan kelompoknya kepada Jatengnews.id, Rabu (17/9/2025).

Bagi warga, program ini tidak sekadar menghadirkan mesin modern. KEMBANG DESA juga membawa pengetahuan. Masyarakat diajak memahami proses kopi dari hulu ke hilir, mengenal teknologi pembangkit listrik tenaga air sederhana, hingga belajar mengemas potensi desa menjadi daya tarik wisata.

Lokasi Power Drying Dom
Lokasi Power Drying Dome. Kubah pengering kopi yang ada di Desa Wisata Ngresepbalong, Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal. (Foto: Shodiqin)

Kini, wisatawan yang datang ke Ngesrepbalong bisa menyaksikan sendiri perjalanan biji kopi: dipetik dari pohonnya, dipisahkan kulitnya, disortasi, lalu diseduh menjadi minuman hangat.

“Kalau dulu kami hanya menjual kopi dalam bentuk biji, sekarang kami bisa menjual pengalaman. Wisatawan bisa belajar, merasakan, bahkan ikut menyeduh. Itu nilai tambah yang luar biasa,” tutur Wahyudi.

Wajah Baru Desa Ngesrepbalong

Program ini membuat wajah Ngesrepbalong berubah. Sungai tetap jernih, hutan tetap hijau, sementara warga memiliki penghasilan tambahan dari wisata dan kopi. Di balik aroma kopi, tersimpan optimisme untuk masa depan yang lebih baik.

PLN Indonesia Power pun menegaskan komitmennya. Program KEMBANG DESA Ngresepbalong dirancang untuk menjawab persoalan lingkungan, sosial, dan ekonomi di kawasan sekitar Gunung Ungaran.

“Melalui KEMBANG DESA, kami ingin mendorong tumbuhnya ekowisata berkelanjutan, meningkatkan pendapatan masyarakat, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan,” kata Senior Manager PLN Indonesia Power UBP Semarang, F. Erwin Putranto.

Gunung Ungaran dengan luas 13.688 hektare menghadapi tantangan serius. Lebih dari 53 persen lahannya termasuk kategori kritis, sementara volume sampah terus meningkat seiring bertambahnya kunjungan wisata. Konflik pengelolaan sampah antarwilayah pun tak jarang terjadi.

Untuk menjawab masalah itu, KEMBANG DESA menghadirkan berbagai solusi. Mulai dari pengelolaan bank sampah terpadu, pembangunan penahan sampah di DAS Garang dan Blorong, hingga pemanfaatan sampah menjadi produk bernilai ekonomi.

Program ini juga memperkuat ekowisata berbasis lingkungan, seperti wisata Curug Lawe Secepit, birdwatching atau pengamatan burung unik pertama di Kota Semarang, serta edukasi lingkungan dan kopi (EDUKOPI).

Para pengelola Desa Wisata Ngresepbalong
Foto bersama pengelola Desa Wisata Ngresepbalong dengan para pengunjung usai diajak menyusuri lokasi air terjun Curug Lawe Secepit, Rabu (17/9/2025). (Foto: dok/PLN)

Melibatkan Semua Kalangan

KEMBANG DESA tidak hanya menyasar petani kopi. Perempuan dan kelompok rentan pun dilibatkan. Tercatat ada 10 mantan buruh pemetik teh, 6 lansia, serta 22 pemuda dan anak-anak yang kini aktif dalam Pokdarwis Gunungsari. Mereka mendapatkan pelatihan bahasa Inggris, eco-conscious parenting, hingga pengelolaan usaha berbasis lingkungan.

Dari sisi ekonomi, hasilnya mulai terasa. Pendapatan warga dari penjualan kopi mencapai Rp315 juta per tahun, dari aktivitas wisata Rp181 juta per tahun, dan dari pengelolaan sampah Rp23 juta per tahun.

Baca juga: Kisah Perjalanan Kang Polo: Dari Pemburu Hewan Menjadi Pemburu Foto

Tidak hanya ekonomi, konservasi juga menjadi pilar utama program ini. PLN Indonesia Power bersama warga melakukan penanaman 10 ribu pohon di kawasan Gunung Ungaran, adopsi pohon dan sarang burung julang emas, hingga pelestarian sumber mata air di DAS Garang dan Blorong.

“Kami berharap program ini menjadi model sinergi antara perusahaan, masyarakat, dan pemerintah dalam mengembangkan desa wisata yang berdaya saing, ramah lingkungan, dan berkelanjutan,” tutup Senior Manager PLN Indonesia Power Erwin sapaan akrabnya. (Shodiqin).

Berita Terkait

BERITA TERBARU

- Advertisement -spot_img

BERITA PILIHAN