26 C
Semarang
, 14 Juni 2025
spot_img

Jawab Tantangan Karier, PCINU Jerman Gelar Pelatihan Kepemimpinan untuk Diaspora Muslim Indonesia

Acara rangkaian “Gebyar Dzulhijjah 1446 H” itu dilaksanakan di kantor pusat Techbros GmbH di Düsseldorf.

Jerman, Jatengnews.id  – Pasar kerja Jerman yang dikenal sangat kompetitif menuntut para profesional, termasuk dari kalangan diaspora Indonesia, untuk memiliki lebih dari sekadar keahlian teknis.

Menjawab tantangan tersebut, Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) PCINU Jerman, bekerja sama dengan Nusantara Islamic Center (NUIC), mengambil inisiatif strategis dengan menggelar “Aswaja Youth Leadership Summer Camp” pada Jumat (6/6/2025).

Acara rangkaian “Gebyar Dzulhijjah 1446 H” itu dilaksanakan di kantor pusat Techbros GmbH di Düsseldorf. Pelatihan ini dirancang sebagai kawah candradimuka untuk memperkuat kompetensi kepemimpinan dan membangun jaringan solid di antara generasi muda Indonesia yang sedang meniti karier di Jerman.

Baca juga: Komunitas Muslim Indonesia Jerman Dirikan Nusantara Islamic Center

Untuk memastikan materi yang disampaikan relevan dan berbobot, pelatihan menghadirkan tiga praktisi Indonesia yang memiliki pengalaman profesional yang panjang dan memegang posisi kunci di perusahaan-perusahaan ternama di Jerman.

Mereka adalah Yudhi Rahadian (CEO Techbros GmbH), Erwin Rizali (Direktur Huawei), dan Miftah El Azmi (Project Engineer di perusahaan konstruksi raksasa, Züblin AG).

Acara berjalan dinamis dan interaktif. Yudhi Rahadian, dengan pengalamannya sebagai pendiri perusahaan teknologi, menekankan pentingnya mindset kewirausahaan dan keberanian mengambil risiko yang terukur. Sementara Erwin Rizali membedah strategi kepemimpinan yang efektif baik dalam dunia profesional maupun dalam konteks tradisi keislaman. Melengkapi keduanya, Miftah El Azmi berbagi wawasan mengenai peran generasi muda Muslim dalam membangun peradaban dunia.

“Sebagai seorang pengusaha muslim, penting kiranya untuk memikirkan bagaimana produk profesional yang kita hasilkan tidak hanya berorientasi keuntungan secara ekonomi, melainkan juga menguntungkan secara sosial. Tidak mudah memang,” ungkap Yudhi Rahadian melalui rilisnya.

Agar memperoleh perhatian pasar, menurutnya, self-branding dan menjaga kepercayaan (trust) menjadi modal utama dalam meniti karir profesional. Peserta sebanyak 30 sangat antusias mengikuti pelatihan.

Mereka datang dari berbagai kota seperti Köln, Aachen, Frankfurt, Darmstadt. Bahkan ada yang menempuh perjalanan jauh dari negara bagian Bayern.

Latar belakang mereka pun menjadi potret mini diaspora Indonesia di Jerman. Ada peserta program vokasi (Ausbildung) bidang keperawatan, relawan sosial (FSJ) yang sedang mencari arah karier, mahasiswa S1 Teknik, mahasiswa S2 dari berbagai disiplin ilmu, kandidat doktor (S3) yang ingin mempersiapkan karier pasca-riset, bahkan dokter profesional yang ingin mempertajam kemampuan manajerialnya.

Salah satu testimoni datang dari Siti Nurbaitillah, peserta dengan latar belakang program vokasi (Ausbildung). Ia mengungkapkan apresiasinya terhadap relevansi acara tersebut dengan kehidupan diaspora.

“Saya merasa sangat bersyukur bisa ikut serta dalam acara Leadership Summer Camp ini. Acaranya benar-benar seru, menyenangkan, dan jauh dari kata membosankan,” ujar Siti. Menurutnya, yang paling berkesan adalah diskusi dan sharing tentang bagaimana menjadi seorang Muslim yang tinggal di negara dengan mayoritas non-Muslim.

“Topik ini sangat relevan dan membuka wawasan saya tentang pentingnya menjaga identitas keislaman, sekaligus tetap mampu beradaptasi secara positif dengan lingkungan sekitar,”ungkapnya.

Baca juga: Gubernur Jateng Terima Kunjungan Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia

Ketua Lakpesdam PCINU Jerman, M Zaki Fahmi, menjelaskan, inisiatif ini merupakan bagian dari khidmah (pengabdian) organisasi kepada warganya. Menurutnya, sukses di dunia profesional adalah salah satu bentuk dakwah bil-hal (dakwah melalui perbuatan nyata).

“Kami ingin membekali generasi muda kita agar bisa memimpin dengan iman untuk membentuk masa depan bersama. Kami percaya bahwa kesuksesan profesional yang dilandasi integritas dan nilai-nilai spiritual akan memberikan dampak yang jauh lebih besar, tidak hanya bagi diri sendiri tetapi juga bagi citra positif komunitas Muslim Indonesia di Eropa,” kata alumni Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta yang sedang menempuh jenjang master ilmu kimia di Universität Bonn ini.

Sebagai bagian dari “Gebyar Dzulhijjah 1446 H” yang dilakukan ibadah salat Iduladha dan silaturahmi Halalbihalal, Summer Camp ini menjadi pilar penting yang menunjukkan keseimbangan antara penguatan spiritual dan pengembangan intelektual komunitas. Diharapkan acara ini menjadi titik awal terbentuknya sebuah ekosistem yang suportif, dengan rencana tindak lanjut untuk memastikan dampak jangka panjang bagi para alumni. (02)

Berita Terkait

BERITA TERBARU

- Advertisement -spot_img

BERITA PILIHAN