Semarang, Jatengnews.id – Universitas Diponegoro (Undip) Semarang mengapesiasi capaian 100 hari kinerja Gubernur Ahmad Luthfi-Wakil Gubernur Taj Yasin Maimoen.
Kalangan akademisi menilai, kepemimpinan Gubernur-Wakil Gubernur tersebut telah mampu mengajak semua pihak mengurus bersama permasalahan daerah.
Hal ini disampaikan Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi, Kerja Sama, dan Komunikasi Publik Undip, Wijayanto, saat menjadi narasumber “Diskusi Publik Evaluasi 100 Hari Kinerja Gubernur Jawa Tengah”, di Ruang Sidang Senat Fisip Undip, Tembalang Semarang, Senin (2/6/2025).
Baca juga: 100 Hari Kerja Luthfi Yasin, 38 Program Tereksekusi dan 73 Teranggarkan 2025
“Sebagai satu masa, 100 hari sebenarnya terlalu singkat, untuk menghitung lima tahun. 100 hari kita bisa melihat sejauh mana kinerja dari pemerintah. Saya pikir itu menjadi blue print dari lima tahun ke depan. Satu hal yang tampak menonjol dari Pemprov Jateng dalam penilaian kita adalah spirit kolaborasi dari Pemprov ini luar biasa,” kata Wijayanto.
Menurutnya, baru di era gubernur ini melibatkan 44 perguruan tinggi di Jateng. Undip salah satunya. Oleh karena itu, Undip sangat bangga karena menjadi salah satu pihak yang diajak kerja sama oleh Pemprov dengan hubungan sangat dekat.
“Pak Gubernur menyampaikan, Undip menjadi yang terdepan dalam projek desalinasi yang sangat penting dan relevan untuk mengatasi problem kelangkaan air bersih di daerah pesisir di Jateng. Seperti yang kena rob, ada air asin di sana yang tidak bisa diminum,” sambungnya.
Projek desalinasi air itu, merupakan salah satu dari 27 kerja sama Undip dengan Pemprov. Pihaknya berharap spirit yang sama ini bisa terus dipertahankan karena Jateng terlalu besar untuk diurus sendiri.
Dia menambahkan masih banyak hal yang harus terus ditingkatkan, seperti pertumbuhan ekonomi, menurunkan kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah. Selain itu faktor banjir perlu disoroti.
“Kita juga memberikan satu high light tentang pentingnya mengkomunikasikan kebijakan pemerintah, keberhasilan pemerintah kepada publik, karena selain kinerja yang baik, dan kebijakan yang tepat, juga partisipasi publik yang luas. Di sinilah pentingnya komunikasi. Komunikasi tidak sama dengan pencitraan,” jelasnya.
Ditambahkan, gubernur telah memulai dengan slogan yang baik, yaitu Ngopeni, Nglakoni. Menurut Wijayanto, hal itu merupakan cara komunikasi yang njawani dan bisa merasuk ke benak warga Jateng. Ia berpikir, komunikasi yang sesuai nilai budaya dan konteks zaman itu diperlukan dari sisi pesan atau filosofi.
“Dari sisi media, media sosial. Generasi muda sekarang menghabiskan waktunya sejak bangun sampai tidur lagi, itu di internet. Dari sisi media, medium itu perlu dipakai. Dari bentuk konten audio visual lebih baik daripada konten hanya teks atau sekadar gambar atau caption. Itu perlu diperhatikan,” jelasnya.
Apakah harus sama dengan gaya kepemimpinan Gubernur Jabar Dedi Mulyadi? Wijayanto menilai, Kang Dedi Mulyadi (KDM) ada banyak pujian, tapi banyak kontroversi. Ia menilai, Gubernur Jateng dan Wagub telah memiliki gaya kepemimpinan yang njawani dan lebih cocok untuk Jateng.
“Saya pikir Pak Luthfi dan Gus Yasin punya gaya komunikasi modal yang sangat baik untuk meningkatkan komunikasi yang lebih cocok dengan gaya Jateng,” ujarnya.
Hanya, sarannya, gubernur dan wakil gubernur menyampaikan program dan keberhasilannya melalui kanal yang tepat yang biasa dikonsumsi generasi sekarang seperti media sosial Tiktok, Instagram, X, dan lainnya.
“Pembedaannya bisa dengan misalnya, kontennya menarik tapi isinya mendalam. Kadang kalau konten cepat-cepat itu dangkal. Kalau substansinya bagus dan kontennya menarik, saya pikir itu akan menjadi satu kombinasi bagus dan baik untuk komunikasikan keberhasilan Pemprov Jateng,” imbuhnya.
Pembicara lain yakni, Dr Zulkifli selaku Ketua Tim Percepatan Pembangunan Daerah (TPPD) Provinsi Jateng, Ketua Badan Pusat Statistik Jateng, Endang Tri Wahyuningsih, dan Dekan Fisip Undip, Teguh Wiyono. Adapun moderator Kaprodi Magister Ilmu Politik Fisip Undip, Rina Martini.
Teguh Wiyono menilai, gubernur memimpin 35 kabupaten dan kota itu sifatnya supervisi dan bukan langsung memimpin di tingkat paling bawah.
Dr Zulkifli mengatakan, gubernur dan wakil gubernur terus bekerja keras. Ada banyak capaian yang telah diraih di 100 hari kerja. Seperti capaian pertumbuhan ekonomi kalau dibandingkan dengan provinsi tetangga macam Jabar, Jatim dan sekitarnya.
Baca juga: 100 Hari, Pasangan Luthfi-Yasin Terbitkan Pergub Tentang Pesantren
Ada banyak hal yang menjadi capaian telah diraih. Selain juga di sektor pertanian, pendidikan, kesejahteraan dan lainnya. Di antaranya seperti, pemeriksaan kesehatan gratis. Jawa Tengah memiliki kontribusi meningkatkan kesehatan masyarakat terbesar se-Indonesia dengan jumlah sebanyak 2.832.160 orang. Sebagai perbandingan di dua provinsi terbesar lainnya yakni Jawa Barat masih mencapai 657.761 orang dan Jawa Timur sebanyak 1.510.743 orang.
Implementasi pendirian Koperasi Merah Putih tertinggi di Indonesia. Di Jawa Tengah sudah melaksanakan MusyawarahDesa (Musdes) dan Musyawarah Kelurahan (Muskel) sebanyak 8.041 desa/kelurahan beserta 981 desa/kelurahan sudah berbadan hukum jelas.
Sedangkan Jawa Barat masih di bawah Jawa Tengah dengan jumlah 5.299 desa/kelurahan yang sudah Musdes/Muskel beserta 242 desa/kelurahan yang sudah berbadan hukum. Sementara Jawa Timur sebanyak 7.922 desa/kelurahan yang sudah Musdes/Muskel dan 682 desa/kelurahan yang sudah berbadan hukum.(02)