31 C
Semarang
, 8 October 2024
spot_img

Hari Jadi Desa Karangpelem Dirayakan Melalui Proses Penelusuran Sejarah Panjang

Sragen, Jatengnews.id – Untuk pertama kalinya, Hari Jadi Desa Karangpelem Kabupaten Sragen dirayakan setelah 103 tahun berdiri. Hari Jadi desa yang terletak di bagian selatan Kecamatan Kedawung itu tidak serta-merta diperingati melainkan melalui proses penelusuran sejarah yang panjang sejak tahun 2023 dan masih akan terus berlangsung hingga tahun 2025.

Tri Sukowati, seorang Pegiat Budaya dari Palapa Mendira Harja Sragen, menuturkan bahwa kelahiran Desa Karangpelem ditetapkan pada (9/9/1921) berdasarkan peta jaman Belanda tahun 1921 yang memuat nama Desa Karangpelem di dalamnya.

Baca juga : Yuk ke Hutan Kota Sragen, Nikmati Udara Sejuk Sambil Melepas Penat

“Pertimbangan juga didasarkan pada peta persil Desa Karangpelem tahun 1935. Namun berdasarkan Musyawarah Desa bersama sesepuh, Ketua RT, dan Perangkat Desa disepakati tahun kelahiran Desa Karangpelem pada 1921.” Terangnya dikutip dari laman resmi Pemkab Sragen Kamis (12/09/2024).

Sedangkan untuk tanggalnya, Tri menjelaskan bahwa tanggal dan bulan didasarkan pada weton desa yaitu Jum’at Pon. Hari Jum’at Pon di tahun 1921 yang bertepatan dengan bulan sakral bagi masyarakat Jawa yaitu Bulan Suro, jatuh pada 9 September.

“Hari kelahiran Desa Karangpelem disimbolkan dalam runtutan jumlah personil Kirab Budaya Memetri Umbul Ngepok. Pemanggul tiga gunungan hasil bumi berjumlah dua puluh satu orang diikuti sembilan orang Kader Posyandu dan para perawan membawa klenting serta sembilan orang anggota Badan Permusyawaratan Desa.” jelasnya.

Ia melanjutkan, prosesi kirab dimulai dari 2 titik lokasi oleh dua kelompok yang berbeda. Kirab Pangrombyong yang dipimpin Sekretaris Desa Karangpelem diikuti oleh Duta Desa Wisata Alvin dan Sabrina, Drum Band Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Karangpelem, Pasukan Bendera Merah Putih SDN 2 dan SDN 3 Karangpelem, Pasukan Penari SD Islam Terpadu (IT) Karangpelem, Prajurit Telik Sandi Untup-untup dari Karangtaruna, serta rombongan perangkat desa dan organisasi lembaga desa.

“Untup-untup adalah tarian yang menggunakan kentongan sebagai alat musik, dengan satu orang menyanyikan lagu nasional dan daerah. Kesenian asli Desa Karangpelem ini sudah berkembang sejak tahun 1950-an sampai dengan 1970-an.” tuturnya.

Sedangkan Kirab Sewu Tumpeng dan Gunungan yang berangkat dari Punden Tunggon (Eyang Sedo) dipimpin oleh Kepala Desa (KADES) Karangpelem, Suwarno, SE. Setelah berziarah, barisan yang terdiri dari Bayan III Purnawan Wiwoho sebagai Manggolo Yudo, pemanggul gunungan, pembawa klenting dan kendi, serta pemikul tumpengan berjumlah 26 buah dari masing-masing RT, berjalan menuju perempatan Tunggon untuk kemudian memimpin arak-arakan hiburan menuju pusat perayaan di Umbul Ngepok Tunggon.

Pertunjukan kesenian asli Desa Karangpelem dilanjutkan di obyek wisata yang menjadi ikon Desa Karangpelem, yaitu Umbul Ngepok Tunggon, kolam renang dengan air murni dari alam.

Klenting yang turut diarak kemudian diserahkan kepada 9 Penari Perawan yang menampilkan Sendra Tari Prosesi Pengambilan Air Suci di dalam kolam, air suci penghidupan kemudian diserahkan oleh Kades Suwarno kepada sesepuh Desa Karangpelem.

Selanjutnya, Tari Wireng Untup-untup ditampilkan oleh para penari dari Sanggar Seni Tancep. Tarian ini merupakan fragmen dari cerita perang dalam wayang orang antara Janaka dengan angka murka berwujud raksasa atau buto.

 “Kebudayaan yang ditampilkan hari ini merupakan hasil dari penelisikan sejarah kami ke Keraton Kasunanan Surakarta, dengan pendampingan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sragen. Seperti Tari Wireng ini kami mencari referensi ke Pura Mangkunegaran.” ujarnya.

Penggalian sejarah ini tidak hanya melahirkan hari jadi dan memunculkan kembali kebudayaan Desa Karangpelem, namun juga menjadi awal ditemukannya sebuah peninggalan dari tahun 1800-an berupa batu Yoni.

“Kami masih berusaha mencari yang lain karena menurut warga ada banyak Yoni di Desa Karangpelem, ada indikasi prasasti juga tapi kami masih menggali lebih lanjut di beberapa titik lokasi.” ujarnya.

Apresiasi disampaikan oleh Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Kabupaten Sragen (KADISPORA), Joko Hendang Murdono, S.STP, kepada Pemdes Karangpelem, pegiat budaya, dan Keraton Surakarta yang secara maksimal telah melakukan penelusuran sejarah dari segi kajian teori dan ketokohan.

“Sejarah Desa Karangpelem tidak lepas dari berdirinya Kabupaten Sragen. Kemungkinan ketika Kabupaten Sragen terbentuk, sudah ada kehidupan di wilayah ini sebelum dinamai Desa Karangpelem.” cetusnya.

Pernyataan Kadispora didukung oleh penemuan Pegiat Budaya Mendira Harja Sragen. Desa Karangpelem yang sebelumnya bernama Desa Tunggon disebutkan dalam Babad Giyanti, yang mana Pangeran Mangkubumi pernah menempuh perjalanan melewati daerah bernama Tunggon yang terletak di kaki Gunung Lawu.

Perjalanan Pangeran Mangkubumi tersebut dalam rangka meminta restu mertuanya, Ki Ageng Derpoyudo, yang memiliki anak dari istri yang lain bernama Eyang Sedo, leluhur masyarakat Desa Karangpelem.

Upaya keras dari Pemerintah Desa (PEMDES) Karangpelem dan para pegiat budaya tersebut juga mendapatkan apresiasi dari Camat Kedawung, Endang Widayati, S. STP, M. Si, yang menyebut Desa Karangpelem sebagai satu-satunya desa di Kecamatan Kedawung yang berhasil mengadakan penelusuran sejarah untuk memutuskan hari jadi desa.

Sebagai bentuk dukungan penuh, Kades Karangpelem mengatakan bahwa Hari Jadi Desa Karangpelem akan dibuat Perdes agar setiap tahun diperingati pada 9 September.

“Penelusuran sejarah yang dilakukan adalah untuk mencari jati diri Desa Karangpelem” tegasnya.

Dikatakannya adat istiadat yang hilang digali untuk dihidupkan kembali, serta budaya dan benda peninggalan sejarah yang telah ditemukan akan dijaga kelestariannya demi generasi muda agar tidak melupakan sejarah.

Puncak Hari Jadi Desa Karangpelem ke-103 adalah Pagelaran Wayang Kulit Semalam Suntuk di Lapangan Kridho Sono. Lakon Bagong Bangun Deso ditampilkan oleh Ki Dalang Dwijo Kangko.

Sebelum pertunjukan wayang dimulai, Bupati Sragen, dr. Hj. Kusdinar Untung Yuni Sukowati, menandatangani Prasasti Desa Karangpelem.

“Saya berharap masing-masing desa memiliki khasnya sendiri-sendiri, seperti Desa Karangpelem yang memiliki kolam renang dengan air alami, Umbul Ngepok. One village one product, akan membangun perekonomian desa.” ucapnya.

Pagelaran diawali dengan penampilan Tari Kreasi dari kompilasi koreografi tarian nusantara seperti tari Kecak dan Saman diiringi lagu nasional seperti Ampar-ampar Pisang dan Rasa Sayange ditampilkan oleh siswa-siswi TKIT Karangpelem. Dilanjutkan oleh siswa-siswi SDIT Karangpelem yang menampilkan tari kreasi, menceritakan para petani yang bercocok tanam dengan suka ria.

Sebelumnya, Pawai Keliling Desa Karangpelem diadakan pada siang harinya. Karnaval sepeda motor dan mobil hias diikuti oleh seluruh masyarakat tak terkecuali Perangkat Desa Karangpelem.

Baca juga : Keren, Bank Sampah Asri Banjarasri Sragen Olah Sampah Jadi Rupiah

Rangkaian acara hari jadi telah dimulai malam sebelumnya (8/9/2024) dengan Haul Leluhur Desa Karangpelem yang dipimpin oleh Kyai dan Ustadz. (03)

Berita Terkait

BERITA TERBARU

- Advertisement -spot_img

BERITA PILIHAN